Pages


Tiwul Wonogiri

Saat disebut nama Wonogiri yang terbayang dalam benak orang kebanyakan adalah gaplek atau tiwul. Pasalnya memang daerah ujung tenggara Provinsi Jawa Tengah itu punya sebutan lain sebagai Kota Gaplek. Dan lantaran gaplek atau lebih tepatnya kelegitan tiwullah Kabupaten Wonogiri terkenal sampai ke mancanegara.
Pagi itu seperti biasa Mbok Sakiyem (78) bersiap- siap memegang alu(batang kayu penumbuk padi) menuju ke lumbung padi. Di sana sudah setia menunggu lumpang (tempat penumbuk padi). Namun perempuan warga Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito –sekitar 70 kilometer arah selatan Wonogiri Kota itu, tidak akan menumbuk padi melainkan ingin menumbuk gaplek untuk dijadikan tiwul.
Di dalam lumpang gaplek atau ubi ketela pohon yang telah dikeringkan ditumbuk hingga hancur menjadi tepung. Oleh masyarakat setempat tepung gaplek dinamakan kabluk. Setelah terkumpul, kabluk kemudian ditampi dan diayak guna mendapatkan tepung yang benar- benar halus.
Saksampunipun mekaten, mangke kabluk dipun sukani toyo salajengipun dipun guyeng (Selanjutnya kabluk dikasih air kemudian diguyeng atau diulenihingga menjadi bulir-bulir kecil tiwul),” tutur Mbok Sakiyem dengan logat khas Wonogiren.
Benar saja, sejurus kemudian tangan keriputnya dengan terampil membuat ulenan kabluk yang telah dicampur sedikit air. Ulenan tersebut lantas ditampi lagi hingga menjadi buliran kecil seukuran biji kacang ijo. Nah, buliran itulah yang dinamakan tiwul.

Proses terakhir adalah menanak tiwul. Tidak terlampau sulit pasalnya sama persis seperti menanak nasi pada umumnya, Yakni dengan cara diangsang pada dandang dan dipanasi dengan pembakaran secukupnya. Pembakaran ini bisa memakai kayu bakar, kompor minyak, maupun kompor gas.
Setelah matang tiwul pun siap disantap. Tapi tunggu dulu!. Tidak lengkap menyantap tiwul tanpa disertai sayur lombok ijo plus sambel bawang dan wader goreng. Wah rasanya benar- benarmaknyuss dan nyummy.
Soal tiwul ini, Mbah Inah (82) punya cerita lain. Wanita berbadan subur asal Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro itu berujar tiwul bikinan Wonogiri memiliki citarasa yang berbeda dibandingkan buatan daerah sekitarnya. “Tiwul sini (Wonogiri –Red) lebih kenyal dan rasanya tidak apek, sebab gapleknya dari pohung (ketela pohon)  pilihan, dan kering betul, jadi kalau sudah matang warnanya kecoklatan dan ada yang hitam.“
Kabar akan kekenyalan tiwul asli Wonogiri itu ternyata sampai juga ke mancanegara. Suriname misalnya. Negara yang banyak dihuni  para imigran asal Pulau Jawa tersebut mengagumi cita rasa khas tiwul. Melalui berbagai tayangan dokumenter stasiun televisi di sana disebutkan bahwa  mereka tidak bisa melupakan budaya jawa yang merupakan daerah asal mereka. Termasuk gagahnya kesenian reog Ponorogo, adiluhungnya gamelan Solo, juga kenikmatan menyantap tiwul Wonogiri.
Nah, dari sedikit ulasan tadi kiranya ada diantara anda yang merasa penasaran?Jika demikian sangat dianjurkan untuk mencari nasi tiwul saat tengah berada di Wonogiri. Dan silakan menikmati sekaligus membuktikan beda rasa tiwul yang kenyal.

0 komentar:

Posting Komentar