Kampung
Batik Laweyan
Laweyen adalah salah satu sentral Batik di Solo. Kampung ini Tentunya ada banyak sekali sejarah yang tertinggal di kapung ini dan menjadi icon Batik Solo |
|
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah
Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada
masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur. Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli. Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya. Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan. Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825. Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta. Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu. Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis. Jaman Penyebaran Islam Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan. Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo. Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia. Batik Solo dan Yogyakarta Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton. Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu. Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik. Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon. Perkembangan Batik di Kota-kota lain Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning. Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik. . Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo. Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian. Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris. Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula. Sedang pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan: pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah. Pada awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import baru dikenal sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal kebanyakan lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan dan dengan kredit dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Waktu krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru giat kembali sekitar tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu Jepang masuk kegiatan pembatikan mati lagi. Demikian pila sejarah pembatikan di Purworejo bersamaan adanya dengan pembatikan di Kebumen yaitu berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya. Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-Klaten yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak dikaki gunung tetapi tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan disini sudah pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta masa dahulu. Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas gunung Jabarkat. Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Solo. Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam antara lain yang dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang mengembangkan batik di Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah Timur Kali Lukolo sekarang dan juga ada peninggalan masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah: pohon-pohon, burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang dipergunakan ialah pohon pace, kemudu dan nila tom. Pemakaian obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan bahan-bahan bikinan sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa lainnya. Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota. Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya. Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaintannya dengan kerajaan yang ada di aerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan Keprabonan. Sumber utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di Yogyakarta dan Solo. Batik muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang dengan lukisan-lukisan dan sebelum dikenal benang katun, lukisan itu ditempatkan pada daun lontar. Hal itu terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada kaitannya dengan corak-corak batik di atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo. |
Sugeng Rawuh
Makanan Khas Solo
saat ini banyak sekali di cari di berbagai dunia, di mana solo yang
merupakan kota kecil berada di jawa tengah ini memiliki banyak makanan
kuliner yang enak. Bagi temen-temen yang berada di luar solo maupun di
solo, berbagai makanan kuliner khas solo banyak sekali.
Jika
temen-temen singgah ke kota solo jangan lupa mencari makanan khas
solo, berikut ini beberapa makanan khas solo yang dapat anda nikmati :
1. Nasi Liwet Nasi
Naso
liwet adalah makanan khas yang terdiri dari nasi gurih dengan sayuran
Jipang, daging ayam, telur, santan kental (kumut), opor, dan berbagai
bahan lainnya yang disajikan dengan alas daun pisang dengan sedikit
ditekuk dan disematkan lidi supaya berbentuk kerucut(istilahnya disebut
pincukan).
Tempat : Nasi Liwet Wongso Lemu yang tempatnya di Keprabon, Jalan Teuku Umar, (dekat dengan Kraton Mangkunegaran). Warung Nasi liwet Wongso Lemu ini buka pada sore jam 4an sampai jam 2 malam.
2. Gudeg Ceker
Gudeg
ceker adalah makanan khas yang terdiri dari nangka muda, krecek (kulit
sapi), telur, daging ayam dan cakar ayam (ceker). Gudeg ceker yang
terkenal di Solo adalah Gudeg Ceker Bu Kasno yang tempatnya di pinggir
jalan (trotoar) di daerah Margoyudan (dekat dengan SMA 1 Solo, kalau
dari Stasiun Solo Balapan ke arah timur).
Gudeg Ceker Bu Kasno buka pada malam hari sekitar jam 1 malam sampai pagi jam 5an.
3. Pecel
Pecel
adalah makanan yang terdiri dari berbagai sayuran mulai dari bayam,
jantung pisang, nikir, daun petai cina, bunga turi, kacang panjang, dll,
yang diberi sambal kacang.
Salah satu warung pecel/ rumah makan pecel terkenal adalah Pecel Solo di Jl Dr Supomo No 55, Pasar Mbeling, Mangkubumen, Solo.
4. Sate (sate buntel)
Sate
buntel adalah Sate khas Solo yang dibuat dari daging kambing cincang
yang dibungkus lemak kambing baru kemudian dibakar sehingga disebut sate
buntel. Buntel adalah bahasa jawa untuk bungkus. Sate buntel yang
terkenal di Solo adalah Sate Haji Bejo di Jl. Sebakung 10 Lojiwetan,
tepatnya di belakang swalayan Luwes Sangkrah, di seberang GKI Sangkrah.
Warung sate lainnya yang juga terkenal antara lain Sate Kambing Tambak
Segaran di Jl. Sutan Syahrir No 39 Widuran dan Sate Kambing Mbok Galak
di Jl. Ki Mangunsarkoro Sumber, Banyuanyar, Solo.
5.Tengkleng
Tengkleng
adalah makanan olahan dengan bahan dasar daging kambing dan cenderung
lebih banyak berisi tulang tulang kambing yang memiliki sedikit daging
yang menempel pada tulang tersebut, jerohan kambing, mata, pipi,
kuping, dll yang diolah seperti gulai (berkuah kental) dan bumbunya
sangat terasa. Tengkleng yang terkenal di Solo adalah tengkleng Bu
Ediyem di Pasar Klewer Solo. Lokasinya di samping Gapura Pasar Klewer.
6. Timlo
Timlo
adalah makanan khas Solo yang isinya potongan-potongan daging ayam,
jerohan ayam seperti ati ampela, potongan-potongan sosis solo, telur
ayam pindang, dengan kuah mirip dengan sop dan di atasnya ditaburi
bawang goreng. Biasanya timlo disajikan bersama dengan seporsi nasi
hangat.
Timlo yang terkenal di Solo adalah Timlo Sastro yang tempatnya di belakang Pasar Gedhe Solo
7. Soto
Soto
yang terkenal di Solo antara lain Soto Triwindu yang terletak di Pasar
Barang Antik Triwindu. (dekat dengan Kraton Mangkunegaran) dan Soto
Kirana di Jl. M Yamin (tepatnya di depan Masjid Kawasan) Solo, serta
Soto Gading di daerah Gading, sebelah selatan Keraton Kasunanan
Surakarta.
8. Bakso Solo dan sekitarnya
Bakso
solo adalah asal dari bermacam-macam bakso yang tersebar di berbagai
wilayah di Indonesia saat ini. Nah kalo berkunjung di Solo, maka
sempatkan juga makan bakso yang merupakan asal dari bermacam-macam bakso
di kota-kota Indonesia itu.
Bakso yang terkenal di Solo antara lain Bakso Urat Alex di Jalan Honggowongso, depan Novotel Solo.
9. Mie Ayam
Warung
Mie yang terkenal di Solo salah satunya adalah Mie Gajah Mas yang
terletak di sebelah barat Pasar Gede (dekat dengan Bank BNI). Lokasinya
tepat di samping kali pepe. Menu yang ada di sana antara lain mie
bakso, bakso kuah, mie ayam jamur, mie pangsit, kwetiau, pangsit
goreng, dll.
Mie Gajah Mas buka mulai 9 pagi sampai jam 9an malam dan selalu ramai setiap harinya.
10. Tahu Kupat
Tahu
Kupat merupakan makanan yang terdiri dari ketupat, mie basah,
taoge/kecambah, tahu goreng hangat, bakwan goreng yang dipotong-potong,
dan taburan kacang goreng. Semua bahan tersebut disajikan dengan bumbu
kecap manis encer dengan rasa bawang yang pas dan bawang goreng.
Biasanya juga kalau makan tahu kupat ini bisa ditambah dengan telur
dadar dan ditemani kerupuk sehingga lebih mantap.
Tahu
kupat yang terkenal di Solo adalah Tahu kupat Sholihin di Jalan Jl.
Gajah Mada. Lokasinya disamping Masjid Sholihin. (dekat dengan Stasiun
Solo balapan ke arah hotel Sahid)
11. Serabi atau srabi Notosuman Serabi
srabi
sebenarnya adalah semacam pancake yang bahan adonannya terdiri dari
tepung beras, santan, gula, garam, dan daun pandan sebagai pewangi, dan
bahan lainnya yang kemudian dipanaskan dalam suatu cetakan berupa wajan
kecil yang kemudian ditutup dengan penutup dari tanah liat supaya
serabi mekar. Srabi memiliki tekstur kenyal namun tetap lembut dan
rasanya sangat legit.
Letaknya srabi ini di sepanjang Jalan Moh. Yamin Notosuman. Toko srabi
notosuman yang terkenal adalah Srabi Notosuman Ny Lidia (kotak
bungkusnya warna hijau) dan Srabi Notosuman Ny Handayani (kotak
bungkusnya warna coklat/merah).
12. Bebek Goreng
Bebek
goreng yang terkenal di Solo dan sekitarnya adalah bebek Goreng H
Slamet di Kartosuro. Alamat lengkapnya untuk yang induk utama (bukan
cabang) berada di Sedahromo Lor RT 01 RW 07 Kartosuro. Seperti bebek
goreng diberbagai tempat, bebek goreng di sana disajikan bersama dengan
lalapan dan sambel.
Bedanya
adalah sambel yang digunakan di bebek goreng H Slamet ini menggunakan
sambel korek yang diletakkan pada cobek dari tanah liat
13. Galabo (Gladag Langen Bogan)
Gladag
Langen Bogan merupakan wisata kuliner malam di Kota Solo yang
tempatnya di dekat Tugu Gladag ujung timur dari Jl. Slamet Riyadi,
depan Pusat Grosir Solo (PGS). Setiap jam 5an sore, jalan di depan PGS
tersebut ditutup dan ramai oleh warung-warung tenda yang menyajikan
makanan-makanan khas solo.
Hampir
semua makanan dan minuman khas solo seperti tengkleng, sate kere, mie
thoprak, wedang ronde, wedang dongo, nasi liwet, dll dapat dijumpai di
sana.
14. Warung Makan Sepanjang JL. Kota Barat Solo
(dekat lapangan kota barat) Di sepanjang jalan Kota Barat kalau sore
hingga malam hari menjadi ramai oleh warung-warung kuliner seperti
halnya Galabo. Berbagai makanan juga ada di sana seperti nasi liwet,
seafood, susu segar she jack, dll. Bedanya, kalau di Galabo, jalannya
ditutup untuk tempat makan kalo di sini, jalannya tidak ditutup, hanya
pinggir jalannya saja yang dipakai untuk tempat kuliner lesehan.
15. Warung makan di sekitar Stadion Manahan
kalau di Galabo dan Kota barat adanya pada malam hari, warung makan di
sepanjang jalan sekitar Stadion Manahan merupakan pusat kuliner pagi
hari hingga siang hari. Banyak warung-warung tempat makan murah meriah
dan hampir semua makanan khas solo juga ada di sana. Kalau hari libur
seperti sabtu atau minggu, tempat tersebut lebih ramai lagi oleh
masyarakat yang berolahraga di sana ataupun yang hanya sekedar
melihat-lihat suasana.
16. Selat Solo
Selat
Solo atau steak Jowo merupakan jenis makanan beefsteak (bistik) yang
telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga cocok untuk lidah dan
citarasa orang Jawa. Makanan ini adalah perpaduan antara budaya barat
dengan budaya Jawa yang isinya antara lain daging iris dan beberapa
sayuran segar seperti daun selada,rebusan buncis, kentang goreng, wortel
iris rebus, telur rebus, tomat dan mustard yang kemudian disiram
dengan kuah semur daging.
Salah satu warung selat yang terkenal di Solo antara lain selat solo Mbak Lies yang lokasinya di Serengan.
Masih
banyak lagi makanan khas solo, tentunya bagi temen-temen yang ke solo
jangan lupa mampir dan nikmati masakan khas solo yang enak dan nikmat.
Jangan lupa juga bawa oleh-oleh masakan khas solo untuk di bawa pulang.
Semoga temen-temen yang liburan di solo menikmati juga kuliner solo.
Nasi Liwet Solo
Nasi Liwet merupakan salah satu Masakan khas Solo . Dari pagi
hingga malam hari kita banyak menjumpai penjual nasi liwet di kota Solo , dari
pedagang di emperan toko sampai rumah makan besar.
Sajian Nasi liwet berupa Nasi gurih yang disajikan dengan masakan pelengkap berupa Opor Ayam, Sambal Goreng Labu siam , telur tim/kukus, dan kumut . Rasa Nasi Liwet yang lezat dan gurih membuat hidangan ini cocok sebagai sajian istimewa di acara - acara jamuan resmi atau acara keluarga .
Cara memasak nasi liwet terdiri dari beberapa tahap . Dimulai dengan Memasak Nasi Gurih , memasak Opor Ayam , dan memasak Sambal Goreng Labu siam.
Dengan sedikit kesabaran kita akan mendapatkan hasil masakan nasi liwet yang gurih dan lezat untuk tamu istimewa kita dan keluarga tercinta .
Resep Nasi Liwet Solo
Resep Nasi Gurih
Bahan - bahan :
1 btg sereh, memarkan
2 sdt garam
4 lbr daun salam
400 gr beras
800 ml santan
Cara Memasak :
Beras dicuci bersih.
Santan, garam, sereh dan daun salam dicampur kemudian direbus sampai mendidih,
Sesudah mendidih masukkan beras sambil diaduk hingga santan kering
Angkat, diamkan sebentar lalu kukus sampai matang
Angkat, sisihkan
Resep Opor Ayam
Bahan - Bahan :
1 ekor ayam kampung di potong 4 ( atau sesuai selera )
4 butir telur bebek di rebus, kupas kulitnya (atau telur pindang)
2 pasang ampela ati rebus (ampela sudah empuk)
Uritan (telur muda), jumlahnya sesuai selera
minyak goreng untuk menumis
2 liter santan dari 1 butir kelapa (kental dan encer campur jadi satu)
Sajian Nasi liwet berupa Nasi gurih yang disajikan dengan masakan pelengkap berupa Opor Ayam, Sambal Goreng Labu siam , telur tim/kukus, dan kumut . Rasa Nasi Liwet yang lezat dan gurih membuat hidangan ini cocok sebagai sajian istimewa di acara - acara jamuan resmi atau acara keluarga .
Cara memasak nasi liwet terdiri dari beberapa tahap . Dimulai dengan Memasak Nasi Gurih , memasak Opor Ayam , dan memasak Sambal Goreng Labu siam.
Dengan sedikit kesabaran kita akan mendapatkan hasil masakan nasi liwet yang gurih dan lezat untuk tamu istimewa kita dan keluarga tercinta .
Resep Nasi Liwet Solo
Resep Nasi Gurih
Bahan - bahan :
1 btg sereh, memarkan
2 sdt garam
4 lbr daun salam
400 gr beras
800 ml santan
Cara Memasak :
Beras dicuci bersih.
Santan, garam, sereh dan daun salam dicampur kemudian direbus sampai mendidih,
Sesudah mendidih masukkan beras sambil diaduk hingga santan kering
Angkat, diamkan sebentar lalu kukus sampai matang
Angkat, sisihkan
Resep Opor Ayam
Bahan - Bahan :
1 ekor ayam kampung di potong 4 ( atau sesuai selera )
4 butir telur bebek di rebus, kupas kulitnya (atau telur pindang)
2 pasang ampela ati rebus (ampela sudah empuk)
Uritan (telur muda), jumlahnya sesuai selera
minyak goreng untuk menumis
2 liter santan dari 1 butir kelapa (kental dan encer campur jadi satu)
Tiwul Wonogiri
Saat disebut nama Wonogiri yang terbayang dalam benak orang kebanyakan adalah gaplek atau tiwul. Pasalnya memang daerah ujung tenggara Provinsi Jawa Tengah itu punya sebutan lain sebagai Kota Gaplek. Dan lantaran gaplek atau lebih tepatnya kelegitan tiwullah Kabupaten Wonogiri terkenal sampai ke mancanegara.
Pagi itu seperti biasa Mbok Sakiyem (78) bersiap- siap memegang alu(batang kayu penumbuk padi) menuju ke lumbung padi. Di sana sudah setia menunggu lumpang (tempat penumbuk padi). Namun perempuan warga Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito –sekitar 70 kilometer arah selatan Wonogiri Kota itu, tidak akan menumbuk padi melainkan ingin menumbuk gaplek untuk dijadikan tiwul.
Di dalam lumpang gaplek atau ubi ketela pohon yang telah dikeringkan ditumbuk hingga hancur menjadi tepung. Oleh masyarakat setempat tepung gaplek dinamakan kabluk. Setelah terkumpul, kabluk kemudian ditampi dan diayak guna mendapatkan tepung yang benar- benar halus.
“Saksampunipun mekaten, mangke kabluk dipun sukani toyo salajengipun dipun guyeng (Selanjutnya kabluk dikasih air kemudian diguyeng atau diulenihingga menjadi bulir-bulir kecil tiwul),” tutur Mbok Sakiyem dengan logat khas Wonogiren.
Benar saja, sejurus kemudian tangan keriputnya dengan terampil membuat ulenan kabluk yang telah dicampur sedikit air. Ulenan tersebut lantas ditampi lagi hingga menjadi buliran kecil seukuran biji kacang ijo. Nah, buliran itulah yang dinamakan tiwul.
Makna Masakan Tumpeng
Tumpeng
merupakan sajian nasi kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam
tampah (nampan besar, bulat, dari anyaman bambu). Tumpeng merupakan tradisi
sajian yang digunakan dalam upacara, baik yang sifatnya kesedihan maupun
gembira.
Tumpeng dalam ritual Jawa jenisnya ada bermacam-macam, antara lain : tumpeng sangga langit, Arga Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong.
Tumpeng dalam ritual Jawa jenisnya ada bermacam-macam, antara lain : tumpeng sangga langit, Arga Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong.
Tumpeng sarat dengan simbol mengenai ajaran makna hidup. Tumpeng Robyong sering dipakai sebagai sarana upacara Slametan (Tasyakuran). Tumpeng Robyong merupakan simbol keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan.
Tumpeng yang menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang mengalir dari gunung akan menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dibentuk Robyong disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh berkembang.
Pada jaman dahulu, tumpeng selalu disajikan dari nasi putih. Nasi putih dan lauk-pauk dalam tumpeng juga mempunyai arti simbolik.
Sejarah Warung Angkring
Apa yang anda lakukan ketika merasa suntuk sekaligus lapar,
jenuh dengan aktifitas sehari-hari dan ingin melepas penat tanpa merogoh kocek
terlalu dalam? Jika anda berada di kota Jogja, entah itu
kuliah atau bekerja, anda tentu sudah tidak asing dengan yang namanya
“angkringan” bukan? Ya, angkringan bisa kita temukan di mana saja di sepanjang
jalan yang ada di Jogja.
Kita juga bisa menemukannya di
Solo dan Klaten,
hanya saja namanya berbeda. Di Solo sebutannya “Hik”. Ada yang mengatakan itu
kepanjangan dari “hidangan istimewa kampung”. Sedangkan angkringan berasal dari
kata bahasa Jawa “angkring” yang artinya duduk santai, biasanya dengan melipat
satu kaki ke kursi.
Yang
jelas angkringan Jogja dan hik Solo tidak jauh berbeda ciri-cirinya. Malam ini
Jogja cerah sekali cuacanya. Rembulan terlihat setengah lingkaran, seperti
semangka keemasan melayang di langit malam yang hitam. Ada yang belum
pernah ngangkring? Waa..kurang akrab dengan jogja ya?
Angkringan adalah semacam warung makan yang berupa gerobag kayu yang ditutupi dengan kain terpal plastik dengan warna khas, biru atau oranye menyolok. Dengan kapasitas sekitar 8 orang pembeli, angkringan beroperasi mulai sore hari sampai dini hari. Namun kini ada juga yang mulai buka siang hari. Pada malam hari, angkringan mengandalkan penerangan tradisional senthir dibantu terangnya lampu jalan.
Di Angkringan pasti selalu ada
menu makanan wajib yaitu Nasi (sego) kucing, ya sekilas kalau kita lihat nasi
ini kecil memang pantas untuk ukuran kucing hehehe yang biasanya di bungkus
dengan daun pisang. Isi lauk nasi kucing biasanya sambal tempe atau teri, atau
telur dadar yang dipotong kecil2. Terus sate usus atau jeruan, ada juga sate
telur puyuh. Dan untuk minumannya yaitu wedang jahe, mantep tenaan.kripik juga
ada dan lain-lain. kembali ke Nasi kucing (dalam bahasa Jawa disebut “sega
kucing“) bukanlah suatu menu tertentu, tetapi lebih pada cara penyajian nasi
bungkus yang banyak ditemukan pada angkringan.
Dinamakan “nasi kucing” karena
disajikan dalam porsi yang (sangat) sedikit, seperti menu untuk pakan kucing.
Bagi kaum laki-laki mungkin bisa menghabiskan 3-5 bungkus. Saya saja yang
perempuan, pernah menghabiskan 4 bungkus Hehehehe . Entah karena nasinya memang enak
atau saya yang doyan makan, saya sendiri bingung. Minuman yang dijual pun
beraneka macam seperti teh, es jeruk, kopi, wedang tape, wedang jahe, susu,
atau campuran beberapa yang anda suka. Semua dijual dengan harga yang sangat
terjangkau. Tapi sekarang kalau dirasa-rasa, harga hidangan angkringan ikut
melambung gara-gara kenaikan harga BBM. Tetapi tetap saja angkringan banyak
penggemar.
SEJARAH SEGO LIWET
A. Selayang Pandang
Jika Anda berkunjung ke Kota Surakarta, atau sering dikenal
dengan sebutan Solo, terasa kurang lengkap sebelum menikmati kelezatan Nasi
Liwet, masakan khas dari Solo. Nasi Liwet adalah masakan yang terdiri dari nasi
putih yang dimasak pulen dan dilengkapi dengan berbagai jenis sayur dan lauk, seperti
sayur labu siam, ayam areh yang disuwir-suwir (diiris-iris) dengan bentuk
memanjang, dan telur pindang. Nasi Liwet juga tambah nikmat jika disantap
dengan kerupuk rambak, yaitu sejenis kerupuk yang terbuat dari kulit sapi.
Keberadaan masakan ini sudah cukup terkenal sampai ke
kota-kota di sekitarnya, seperti Yogyakarta, Klaten, dan Boyolali. Nasi Liwet
ini juga telah dikenal di Kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Banyak
restoran-restoran di kota itu yang menjadikan Nasi Liwet khas Solo ini sebagai
salah satu menu utamanya.
B. Keistimewaan
Nasi Liwet terkenal dengan teksturnya yang pulen dan rasanya
yang gurih. Rasa gurih ini muncul dari hasil rebusan nasi yang dimasak dengan
cara dikaru (dituangi) dahulu dengan air santan kelapa. Nikmatnya Nasi Liwet
ini juga semakin bertambah lezat bila ditambah dengan sayur dan lauk-pauk
pendukungnya.
Keunikan lain dari masakan ini ialah disajikan dengan
menggunakan daun pisang, baik sebagai pembungkus maupun suru-nya, yaitu sendok
yang dibuat dari daun pisang. Konon, daun pisang tersebut dapat menambah rasa
gurih pada masakan ini. Sebab selain bentuknya yang alami, daun pisang juga
jauh dari kontaminasi zat-zat kimiawi.
Di samping rasanya yang lezat, masakan ini juga aman
dikonsumsi bagi penderita kolesterol. Sebab, masakan ini tidak banyak
mengandung minyak dan kandungan-kandungan berbahaya lainnya. Keistimewaan
lainnya ialah Nasi Liwet tergolong menu jajanan yang murah, mudah didapatkan,
dan sekaligus mengenyangkan.
C. Lokasi
Untuk mendapatkan Nasi Liwet Solo ini, pelancong dapat
berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah. Banyak pedagang yang menjajakan
masakan khas ini di setiap sudut kota. Selain itu, terdapat juga sejumlah
pedagang Nasi Liwet di timur Pasar Klewer, yang biasa berjualan di waktu pagi.
D. Harga
Dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 25.000—Rp 30.000,
pengunjung dapat menikmati satu porsi Nasi Liwet yang terdiri dari Nasi Liwet,
berbagai macam lauk, dan kerupuk rambak. Tak hanya itu, pengunjung juga akan
mendapatkan segelas air minum gratis. Namun, jika pelancong membeli masakan ini
di restoran-restoran, jangan kaget jika harganya dapat mencapai puluhan hingga
ratusan ribu rupiah (Januari 2009).
literatur: http://www.wisatamelayu.com/id/object.php?a=RGdOL1BWdS9P=&nav=geo